Monday, December 30, 2019

Catatan dari Aku untuk Aku


Beberapa perasaan emang ada yang ga bisa dipaksakan. Ketika lagi sedih tapi kita sering kali berpura-pura harus terlihat bahagia. Ga bisa seperti itu untuk Hati, ga bisa. Ga baik. Kita manusia harus bisa menunjukan apa yang kita rasakan sebenarnya.
 Semesta mungkin belum adil untuk orang yang harus melakukan hal seperti itu,
Percayalah, Itu berat. Siapapun kamu yang membaca tulisan ini dan kamu merasakan yang aku tuliskan ini, kalian luar biasa, kalian kuat, Hebat.
 Kaya lagi di hadapin sama hal buruk yang serem. Stop dulu kenapanya. Bingung jawabnya. Ya karena memang ga semua hal yang lagi dirasain perlu dijelasin. Hanya karena kamu lihat langit begitu cerah, bukan berarti tidak akan turun hujan.
Ga ada yang meminta seperti ini, andai bisa sesederhana itu aku bisa untuk terus melangkah, meraih semua mimpi-mimpiku, bertemu dengan berbagai alur hidup sampai nanti bisa bertemu cahaya. Cahaya yang bener-bener terang karena sinarnya itu berasal dari kita sendiri.
Berharap ada yang bermakna dari yang dijalanin sekarang. Kadang ingin sekedar mampir atau singgah ke planet lain selain bumi. Merkurius misalnya. Oke tapi gajadi. Bukan karena hidup dibumi itu menyenangkan, bukan karena di bumi itu Serba ada, Tapi karena di Merkurius belum ada Mie Instan kuah Soto.

Sudah berkali-kali diusahakan, sudah begitu keras, bahkan tak putus-putusnya doa sudah dilangitkan, tapi karena Tuhan masih bilang belum saatnya. Tapi, kita manusia harus tetap percaya sama Kekuatan doa. Kalo kita minta sama Tuhan dengan memohon mengangkat kedua tangan kita, Tuhan pasti akan mengabulkan, karena Tuhan malu menolak permintaan hambanya yang tulus. Itu hanya perkara waktu.
Apapun yang diusahakan kalau melibatkan tuhan, pasti berujung baik. Tapi kita juga manusia biasa bisa Rapuh, bisa sedih, bisa bahagia, bisa nangis bahkan ngerasa kesepian.
Rasanya sudah begitu hambar dengan kata dan kalimat klise yang selalu digemakan, katanya "Hadapi masalah dengan senyuman" "udah tinggal senyumin aja lagi"  
Sudah begitu sering pola pikir diberi makan dengan hal-hal yang seolah masalah bisa langsung lenyap setelah senyum disimpulkan, seolah masalah bisa hilang begitu saja hanya dengan kata-kata bijak dari sang motivator yang penuh retorika. Positive vibesnya bukan membuat diri jadi lebih kuat, justru seolah rentan menjadi lemah dan cengeng, bahkan menggampangkan.

Kata hati "Sudah gapapa, tinggal senyumin aja. Nanti masalah beres"
Realitanya, ternyata nggak semudah itu. Kita harus cukup realistis : "Bahwa masalah-masalah yang ada itu nggak cukup dengan senyuman, dan nggak cukup dengan kata-kata bijak yang hiperbola. Masalah yang ada harus dihadapi dengan cara menghadapi, harus diselesaikan dengan cara menyelesaikan, dengan apapun itu. Dan setiap orang punya caranya masing-masing, entah apapun itu"

Usaha yang belum menuai hasil,kerja keras yang bahkan belum menemukan kepuasan, mimpi yang hanya sekedar mimpi tanpa perwujudan. Rasanya malas sekali untuk membuat resolusi yang seolah sekedar euforia tahunan. Tapi, mengingat banyak hal baik yang gak terduga, tidak ada salahnya untuk kembali menuliskan resolusi sebelum halaman 1 pada 2020 dimulai.
Kayaknya 2019 harus bisa dimaafin dan diperbaiki, karena beberapa hal emang ga bisa selalu sama seperti halaman pertama dimulai, apapun yang terjadi kemarin, kita punya jeda untuk istirahat dan Pulang 
Tidak terwujud di 2019, semoga hal baik selalu memihak di 2020.
Sekian.
Salam sayang๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค


Wednesday, August 28, 2019

Kedai Kopi

Di kedai kopi, saya menghabiskan banyak waktu sendiri. Saya ingin menulis lebih banyak lagi. Saya tak ingin berhenti mencapai impian.
Kamu mau tau salah satu Alasan  kenapa saya suka menulis?
Ada banyak alasan sebenarnya.
Saya hanya mau menjelaskan beberapa saja tentang menulis.

Alasan paling kuat kenapa saya suka menulis karena Impian saya menjadi seorang penulis.
Alasan kedua karena saya nggak suka cerita ke orang lain,
Karena saya nggak mudah mengatakan sesuatu. Kaya nggak berani menyampaikan pendapat sendiri karena takut nggak dihargai, atau bahkan pemikiran saya nggak bisa diterima orang lain. Termasuk perkara kenapa saya masih sendiri.
Tiap saya suka sama seseorang, saya lebih memilih diam. Sampai orangnya punya pacar, putus, sampai punya pacar lagi. Saya diam aja.
Dan kayanya, ini masalah sederhana yang pasti semua orang pernah merasakannya.
Paling nyebelin lagi kalau sudah pada moment yang tepat tapi rangkaian kata-kata yang dikepala tetap saja tak bisa diajak bersuara.

Tapi saya pernah punya pengalaman yang unik. Dulu saya pernah suka sama seseorang, tapi memang kalau dijelaskan nggak ada yang menarik.
Orangnya cuek, dingin, nyebelin, irit bicara. Pokoknya hal yang biasanya saya nggak suka justru jadi hal menarik kalau ada pada dia. Saya suka mikir 'Kok ya saya bisa suka sama orang itu?' Kadang juga saya dihakimi teman sendiri 'Nagapain sih suka sama dia? Kaya nggak ada orang lain aja'
Dalam hati ya saya cuma bisa bilang 'Ah kalian nggak akan paham, sedetail apapun saya cerita tetap saja saya yang ngerasain dan saya yang ngejalanin'
Jadi kalau saja bisa dijawab kenapa saya nggak suka sama orang lain ya karena orang lain itu bukan dia.
Saya memang dari dulu orangnya nggak terlalu berambisi. Sekedar bermimpi kalau nggak terwujud ya nggakpapa. Mungkin mimpi saya yang salah, karena saya yakin banyak sekali mimpi-mimpi yang lain yang akan menghampiri dan akan terwujud kalau semesta mendengar.
Apapun itu, saya ngga pernah ambil pusing. Karena menurut saya semua impian itu ada pada dua kemungkinan, kalau nggak berhasil yaa gagal.

Menurut saya, memendam perasaan adalah tanggung jawab paling seru. Karena kalau rahasianya terbongkar, pasti rasanya nggak akan se seru sebelumnya. Karena saya pikir, nggak semua rasa ketemu sama pasangannya.
Cuman, sehebat-hebatnya orang menyimpan sesuatu pasti ada rasa nggak nyamannya, kaya lagi bohong gitu, nggak tenang.
Sampai akhirnya saya sampai difase gimana caranya dia tau tanpa perlu saya bilang, tanpa perlu dia dengar, dan satu-satu nya jalan hanyalah menulis. Menurutku ini jalan pintas.
Sebab, saya lebih sering menuliskan tentang dia di buku kecil saya yang kalian bahkan teman-teman terdekat saya pun nggak akan tau.
Ya dari pada saya harus bilang didepan mukanya, lebih baik saya tuliskan saja. Mungkin sampai kapanpun dia nggak akan pernah tau kalau ada seseorang yang selalu menuliskan tentang nya dibuku dan bahkan menjadi tokoh utama di ceritanya.

Karena nggak semua orang pintar cerita, atau malas cerita, atau nggak punya teman cerita, atau bahkan bingung mau cerita kemana:)

28/08/2019

Monday, April 29, 2019

Mengenal P I L U

Di sore itu, bersama semua rasa pilu ku ikhlaskan kepergianmu.
Kamu sudah pada pilihan hatimu,tapi entah kenapa hatiku masih saja memilihmu.

Kata merelakan itu bukan seperti membalikkan telapak tangan,Mengertilah. Ini tak mudah.
Sejak hari itu, aku belajar menabahi kepiluanku. Sebab aku sadar, perasaan itu kian memudar.
Kita berada dalam situasi yang sudah berbeda. Berbahagialah dengan nya, aku baik-baik saja. Kamu tak perlu mengkhawatirkan perasaanku. Urus saja bahagiamu itu. Aku sudah lelah merasakan pilu ini.

Aku berusaha untuk terlihat biasa saja diantara pertemuan kita, meskipun sebenarnya luka yang tak kunjung sembuh ini malah terasa semakin perih didada.
Maka biarkan aku untuk semakin berjarak denganmu. Aku menghapus semua kenang diantara kita. Seolah semuanya tak pernah terjadi dan tak pernah ada.
Biarlah ku tenangkan rasa sedihku sendirian. Kau tak perlu lagi hadir, menjauhlah dariku. Mungkin, aku akan terbiasa setelah tidak lagi bersama.

Aku tengah berusaha menemukan siapa diriku, dimana seepihan hatiku, dan kapan harusnya aku berhenti berharap pada perasaan yang kini telah dihuni orang lain.
Beri aku waktu untuk menemukan diriku yang dulu. Sebab, aku kehilangan diriku setelah pilu ini datang menyambutku.

Pada tatapan teduhmu kala itu, aku menyimpan banyak pilu yang tak mampu ku suarakan padaku.
Bahkan untuk ku tuliskan saja aku tak memiliki satu kata pun untuk menggambarkan perasaanku.
Saat ini, aku hanya ingin memeluk tabah, ingin bersahabat dengan Ikhlas.
Aku gundah dan bahkan kehilangan arah.
Sebab yang memilih hilang dan tak akan kembali pulang hanya meninggalkan luka dan kenang yang terkekang.

@cntkrain2_

Wednesday, April 17, 2019

MENATA HATI

Lagi difase cape tapi ga ada tempat untuk beristirahat.

Aku hanya mencoba merapikan kepingan hati yang kemarin sempat luluhlantak.
Menata kembali seperti semula.
Tapi tetap saja, semua yang pernah ada tak bisa hanyut begitu saja,
semua pernah menjadi yang berarti.

Tenang saja,kini aku sedang menghanyutkan semua nya sesuai permintaan mu yang inginnya dilupakan.
Bukan karena kata melupakan itu mudah,
tapi ya mau gimana lagi jika kamu inginnya dilepaskan.

Mungkin kamu bukan orang yang tepat,
Tapi aku tau kamu melakukan itu bukan karena hatimu sudah pada orang lain.
Sampai saat ini aku percaya, hati kamu masih untukku.
Kamu boleh mengelak, kamu boleh menyangkal tapi mata dan tutur katamu yang semakin meyakinkanku.
Perasaan yang masih tersimpan rapi yang telah disiapkan ternyata tak berpenghuni.

~sekian~

Sunday, April 14, 2019

AKU, KAMU DAN HUJAN DIBULAN APRIL

AKU,KAMU DAN HUJAN DI BULAN APRIL

Ini untuk pertama kalinya aku ngga suka hujan,
Ini untuk pertama kalinya disaat hujan aku kehilangan orang yang ku sayangi,
Dan ini mungkin untuk terakhir kalinya aku menikmati sore denganmu.

Apakah ini yang dinamakan kehilangan sebelum waktunya?
Kehilangan? Memilikinya saja belum sempat sudah ku bilang kehilangan.
Senyum itu masih tergambar jelas,
Semua perkataan yang masih teringat jelas masih terekam dengan baik dalam telinga.

Aku rindu,
Aku merindukan saat-saat dimana kita duduk berdua menikmati senja berdua,
Aku rindu dimana tatap matamu dengan teduhnya memandang ke arahku dengan penuh perhatian dan kasih sayang
Hal-hal kecil atau bahkan hal bodoh yang pernah kita lakukan bersama masih sangat membekas dan justru hal itu yang sedang ku rindukan sekarang.

Aku sempat berfikir "Apakah kamu sedang memberiku harapan?"
Ada yang berbeda dari cara kamu memperlakukan ku, dari cara kamu becanda dan bercerita denganku bahkan yang lain,
"Apa kamu juga seperti itu pada semua orang?"
Atau, aku yang berlebihan dalam merasa?

Kini aku duduk disebuah kursi dicafe yang biasa kita berbagi cerita.
Aku sendiri mencoba memahami perasaanku, mencoba menata hatiku kembali yang sempat menjadi kepingan dan ingin ku utuhkan kembali.
Sekarang aku tak bisa melihatmu. Bukan karena mata ku buta tapi karena memang kamu sudah ngga disini,
Kamu memilih pergi, meninggalkan kota ini bersama kenangan dan meninggalkan luka untukku.

Tapi tunggu dulu, aku ingin mengatakan sesuatu padamu
Kemarin sebelum kamu pergi, aku sempat bertanya padamu "Kenapa kamu memilih pergi?"
Lalu kamu hanya menjawab "Karena ngga ada pilihan lain"
Kamu salah! Apa aku belum bisa dijadikan alasan agar kamu tetap bertahan disini?
Terus perasaanku gimana?
Semua hal yang sudah kita lewati, dan semua kenangan yang berhubungan dengan mu akan aku kemanakan?
Saat dengan entengnya kamu bilang "Lupakan saja semuanya"
Kamu tau? Melepaskan bukan berarti harus melupakan, karena apapun yang pernah hadir dalam hidup itu pernah menjadi yang sangat berarti bukan?

Dadaku sesak, hatiku gundah gulana, pikiranku kalut dan logikaku bimbang.
Perihal air mata,
Yang siap turun tanpa diminta
Yang terjun bebas tiap kali mendengar lagu-lagu yang biasa kita nyanyikan bareng,
Sering sekali buih-buih hangat itu membasahi bantal kesayanganku
Tersedu lelah sampai resah
Bukannya lemah,
Aku hanya masih ingin terus disampingmu,
Aku sama kamu. Dan kamu akan terus sama aku.

Sekarang atau nanti perpisahan akan tetap terjadi.
Satu kalimat yang masih saja terngiang ditelingaku saat kamu membisikkan "Aku pergi dan aku ga akan kembali"
Hatiku seakan terkena busur panah, tenggorokanku sakit sekali menahan tangis yang selalu ku redam jika berhadapan denganmu
Apapun alasannya, aku tetap membenci perpisahan

Hujan deras sore itu merintikkan luka yang dalam bagiku,
Kamu melangkah dengan tak mantap, kamu sempat menoleh ke belakang menatapku,
Sayangnya, aku tak bisa memaksamu untuk tetap tinggal,
Tadinya ku kira bahagia akan memihak pada kita tapi ternyata aku salah,
Sekeras apapun ku paksakan,tetap saja tak akan menjadi milikku.
Aku belajar menerima diri bahwa mungkin kamu bukan orang yang tepat.

Mungkinkah ini yang dimaksud rasa sayang? 
Muncul kecemasan yang membuatku ingin menangis saat mengingatmu yang membuatku tak terlalu nafsu makan.
Bagaimana nanti? Kapan bisa bertemu lagi? Apa mungkin ada harapan kita bertemu lagi?
Satu hal yang hingga sekarang aku masih berharap kamu akan kembali yaitu "selama masih ada kehidupan, berarti kita masih punya harapan"
Hati ini selalu cenderung berharap, namun hati ini juga lelah berharap karena memang lebih sering dikecewakan oleh harapan-harapan yang terlalu tinggi yang kita ciptakan sendiri.

Ada satu hal lagi yang ingin ku sampaikan
"Terimakasih untuk semuanya, menyayangimu aku mengenal kata-kata baru, dan karena menyayangimu aku mengenal Luka baru yaitu kehilangan sebelum sempat memiliki"

~Sekian~

Friday, July 27, 2018

To Love Or be Loved chapter 3 "Rindu sepihak"

Chapter 3 
                              RINDU SEPIHAK



'Rindu sepihak itu menyakitkan, sialnya ia tak pernah merindu sepertiku'
   Bukan terkadang, memang sering kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Aku menginginkan kamu disini bersamaku. Menikmati taman yang begitu Indah seperti dulu. Aku ingin kamu datang menemuiku. 
Hai Bandung, apa kabar? Jakarta selalu merindukan dengan segala rindunya tak berujung.
Jarak memang memisahkan kita. Namun, satu hal yang selalu aku percaya kamu akan datang. Akan ada waktu dimana Raina dan Adit bertemu dengan segala kerinduan yang sudah tak terbilang lagi jumlah rindu yang akan ku rinci.


Gerimis mengguyur sebagian kecil kota ini. Terpaksa aku harus mengenakan jas hujan. Aku sempat menunggu hujan reda, namun sia-sia saja karena gerimis semakin membesar. Setiap rintik hujan yang jatuh membawa seribu kenangan. Aku teringat Adit. Dalam kondisi gerimis seperti ini, biasanya aku dan Adit berada ditaman menikmati rintik hujan yang sangat ku suka. Taman bunga itu kini sudah jarang ku datangi setelah kepergian Adit yang memilih kuliah di Bandung. 
       Aku mengenakan jas hujan berwarna merah muda. Jas hujan pemberian Adit, aku akan tetap menjaganya sampai kapanpun. Kalaupun sobek, akan ku jahit supaya kembali membaik. Aku menyayangi jas hujan ini seperti aku menyayangi pemberinya.

Sepedaku sudah dari tadi mematung didepan rumah. Waktu sma, aku dan adit suka sekali naik sepeda ke sekolah. Hal yang ku rindukan.
Begitu keluar rumah, keningku dibuat berkerut karena sepeda kesayanganku sedikit lembab karena cipratan air hujan.
 Aku duduk dikursi emper, aku mengamati air hujan yang berjatuhan.

Saat ini, Adit didepanku. Dia melambaikan tangan dan melempariku dengan senyuman mematikan.
       "Raina.." serunya.
Meski merasa ragu, aku mengayuhkan sepeda bersebelahan dengannya. Aku terus memperhatikannya. Aku sungguh tidak percaya dengan kehadiran adit sekarang. Adit kembali pada Raina.

"Raina cepat bangun, kenapa kau malah tidur di kursi. Hujan sudah reda. Nanti kamu terlambat ke kampus.

Aku membuka mataku perlahan sambil melihat jam yang ku kenakan ditangan.

"Ibu, adit dimana? Dia tadi disini bersamaku."

"Raina nglindur kamu ya, adit masih dibandung."

"Yatuhan, aku kira adit memang sudah kembali." Gerutu raina dalam hati.

Aku segera mengayuhkan sepedaku dengan cepat agar cepat sampai dikampus.
       
          Pagi-pagi kelas sudah gaduh, sudah banyak Mahasiswa yang datang. Seseorang meyambutku didalam kelas. Dialah Afra, sahabatku. 

"Dilihat dari matamu, kamu seperti baru bangun tidur raina?" Tebaknya saat aku disebelahnya.

"Adit kembali"

Matanya langsung melotot mendengar perkataanku. Memang hanya Afra yang tahu tentang semua perasaanku pada Adit. Aku sering bercerita padanya tentang Adit.
   Aku menghela nafas "Aku mimpi adit datang menemuiku"

Dia menoleh sejenak, lalu pandangannya mengarah pada ponsel disaku kemeja bunga-bunga yang ku pakai.

"Mengapa kau tak mencoba menghubunginya?"

"Aku ingin sekali menghubunginya, tapi aku takut. Aku pikir dia sibuk dengan segala rutinitasnya dikampus. Toh, tiap kali aku mengirimkan pesan padanya, hanya dibalas dengan satu atau dua kata saja. Bahkan lebih sering hanya di read"

Afra hanya terdiam mendengar jawabanku, seakan dia juga bingung apa yang harus dilakukannya.

  ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ

Saat musim hujan seperti ini, tempat ini benar-benar indah. Hamparan bunga mawar ada dihadapanku sekarang. Aku menatapnya bersama seseorang disampingku.
"Kenapa kau tidak mengambil gambarnya? Biasanya kamu suka sekali berfoto." Tanya adit yang kemudian membangunkan lamunanku.

"Terkadang ada beberapa moment yang perlu diabadikan lewat kamera, tapi semuanya akan terekam rapi meski tanpa kamera jika menikmati sebuah tempat bersamamu."

Dia memetik setangkai mawar, memperhatikan bunga itu perlahan. Pria yang mengenakan jaket tebal itu memberikan bunga mawar kepadaku.tatapannya yang lembut membuatku tak bisa berkata apa-apa.
          

"Raina"..

Aku tergagap dan seketika bangkit dari tempat tidurku. Seorang wanita memasang tatapan tajam tepat didepanku.

"Ibu, kenapa berisik sekali?"
Aku menggosok-gosok mataku .

"Cepat cuci muka lalu sarapan. Nanti kamu terlambat ke kampus."

Dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, aku pergi ke kamar mandi.

Aku jadi memikirkan adit selama perjalanan ke kampus. Tatapan matanya dipenuhi dengan seribu tanda tanya dikepalaku. Bagaimana bisa dia hadir kembali dimimpiku. Bukan hanya sekali dua kali, bahkan ketika aku tidur siang bolong pun aku mimpi Adit. Kali ini aku benar-benar merindukan sosok Aditya.

Aku menyukaimu sekarang dan aku berjanji akan tetap menyukaimu hingga sampai nanti.
Aku tidak tahu bagaimana mencintai seseorang. Keberadaan mu mengingatkanku akan cinta yang harus diperjuangkan. Karena kamu pula, aku mulai mengerti akan arti menyerah dan bertahan. Cinta harus diciptakan dalam sebuah kehidupan.
Itu menurutku.

Aku tak peduli kamj mengabaikanku. Kamu. Selalu nyaman dalam posisi mati rasamu. Disaat yang sama, banyak orang yang terbunuh sia-sia karena rindu, sialnya ia tak pernah merindu. Bahkan tersiksa karena kenangan. 
Sejauh ini aku tak pernah merasakan kegilaan semacam ini. Rinduku memang sepihak saja, tapi aku menikmatinya. Aku selalu menikmati rindu dengan rintik hujan yang jatuh membawa kenangan. Menyesakkan memang.
Kadang, kita perlu sendiri, bersandar pada tembok kamar dan menceritakan semuanya pada kipas Angin.
"Aku harap kita bisa bertemu lagi bukan hanya lewat mimpi, Adit akan datang menemui Raina"


~Bersambung

Saturday, July 14, 2018

To Love Or Be Loved (Chapter 2 )

Chapter 2 : Day 16 without you


"Disaat aku serius jatuh cinta, perhatianmu cuma bercanda"


Terkadang, akan ada masanya orang yang kita cintai pergi meninggalkan.
 Bukan hanya dia yang kita cintai, bahkan kita yang mencintai pun bisa meninggalkan.
Egois memang. Semua itu akan ada yang tersakiti.
Seperti halnya kamu.
Kamu meninggalkan aku. Kamu memilih singgah bukan menetap. Kamu memilih berlayar bukan berlabuh. Kau tau, pada saat kamu melakukan hal itu aku orang paling merasakan sakit. Seakan kamu merobek hatiku. Bisa saja kau pergi tanpa rasa, silahkan saja kamu pergi. Aku tak akan menahanmu. Percuma saja.
Semua itu seperti perjalanan, meninggalkan dan ditinggalkan. Namun aku tak suka keduanya.

Day 16 without you.
Ya tepat sekali, 16 hari tanpa kamu. Setelah dibandung itu, kita tak pernah ada lagi.Aku sangat merindukan kamu adit.
Aku terbiasa tanpa adanya kamu. Sebatas kabar pun tak pernah ku dapatkan. Sebuah pesan yang kerap sekali menanyakan apakah aku sudah makan atau belum, tak pernah kudapat lagi notif seperti itu dari kamu.  Saat itu aku mulai mengenal sepi sejak kepergian kamu.
Kamu tau rasanya merindukan seseorang tanpa kamu  bisa melakukan apapun?
Aku masih disini dengan sosok perempuan yang bisa dibilang bodoh.
Lihatlah bagaimana semesta mengajakku becanda. Mengapa ku bilang begitu? Karena tanpa diperintahkan siapa-siapa, semesta membuatku jatuh hati pada seorang laki-laki yang sama sekali tak pandai berbahasa. Irit sekali mengeluarkan kata-kata. Entah, malas bicara atau memang hanya itu kosa kata yang kamu punya. Bagaimana bisa perempuan yang senang menulis dan bercerita justru jatuh hati pada laki-laki yang hingga kini selalu menjadi objek menulisku.
Ketika tanpa alasan apa-apa aku telah jatuh hati pada seseorang yang membuatku selalu bertanya kenapa aku bisa mencintai laki-laki yang percakapannya saja membosankan, Irit bicara, penuh teka-teki pula. Lantas mengapa aku bisa jatuh sedalam ini? Namun, disaat aku serius jatuh cinta,perhatianmu cuma bercanda. Ah manusia memang egois. Meski aku sadar tidak semua tanya ada jawabnya dan tidak semua rindu ada obatnya.

Catatan dari Aku untuk Aku

Beberapa perasaan emang ada yang ga bisa dipaksakan. Ketika lagi sedih tapi kita sering kali berpura-pura harus terlihat ba...