Friday, July 27, 2018

To Love Or be Loved chapter 3 "Rindu sepihak"

Chapter 3 
                              RINDU SEPIHAK



'Rindu sepihak itu menyakitkan, sialnya ia tak pernah merindu sepertiku'
   Bukan terkadang, memang sering kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Aku menginginkan kamu disini bersamaku. Menikmati taman yang begitu Indah seperti dulu. Aku ingin kamu datang menemuiku. 
Hai Bandung, apa kabar? Jakarta selalu merindukan dengan segala rindunya tak berujung.
Jarak memang memisahkan kita. Namun, satu hal yang selalu aku percaya kamu akan datang. Akan ada waktu dimana Raina dan Adit bertemu dengan segala kerinduan yang sudah tak terbilang lagi jumlah rindu yang akan ku rinci.


Gerimis mengguyur sebagian kecil kota ini. Terpaksa aku harus mengenakan jas hujan. Aku sempat menunggu hujan reda, namun sia-sia saja karena gerimis semakin membesar. Setiap rintik hujan yang jatuh membawa seribu kenangan. Aku teringat Adit. Dalam kondisi gerimis seperti ini, biasanya aku dan Adit berada ditaman menikmati rintik hujan yang sangat ku suka. Taman bunga itu kini sudah jarang ku datangi setelah kepergian Adit yang memilih kuliah di Bandung. 
       Aku mengenakan jas hujan berwarna merah muda. Jas hujan pemberian Adit, aku akan tetap menjaganya sampai kapanpun. Kalaupun sobek, akan ku jahit supaya kembali membaik. Aku menyayangi jas hujan ini seperti aku menyayangi pemberinya.

Sepedaku sudah dari tadi mematung didepan rumah. Waktu sma, aku dan adit suka sekali naik sepeda ke sekolah. Hal yang ku rindukan.
Begitu keluar rumah, keningku dibuat berkerut karena sepeda kesayanganku sedikit lembab karena cipratan air hujan.
 Aku duduk dikursi emper, aku mengamati air hujan yang berjatuhan.

Saat ini, Adit didepanku. Dia melambaikan tangan dan melempariku dengan senyuman mematikan.
       "Raina.." serunya.
Meski merasa ragu, aku mengayuhkan sepeda bersebelahan dengannya. Aku terus memperhatikannya. Aku sungguh tidak percaya dengan kehadiran adit sekarang. Adit kembali pada Raina.

"Raina cepat bangun, kenapa kau malah tidur di kursi. Hujan sudah reda. Nanti kamu terlambat ke kampus.

Aku membuka mataku perlahan sambil melihat jam yang ku kenakan ditangan.

"Ibu, adit dimana? Dia tadi disini bersamaku."

"Raina nglindur kamu ya, adit masih dibandung."

"Yatuhan, aku kira adit memang sudah kembali." Gerutu raina dalam hati.

Aku segera mengayuhkan sepedaku dengan cepat agar cepat sampai dikampus.
       
          Pagi-pagi kelas sudah gaduh, sudah banyak Mahasiswa yang datang. Seseorang meyambutku didalam kelas. Dialah Afra, sahabatku. 

"Dilihat dari matamu, kamu seperti baru bangun tidur raina?" Tebaknya saat aku disebelahnya.

"Adit kembali"

Matanya langsung melotot mendengar perkataanku. Memang hanya Afra yang tahu tentang semua perasaanku pada Adit. Aku sering bercerita padanya tentang Adit.
   Aku menghela nafas "Aku mimpi adit datang menemuiku"

Dia menoleh sejenak, lalu pandangannya mengarah pada ponsel disaku kemeja bunga-bunga yang ku pakai.

"Mengapa kau tak mencoba menghubunginya?"

"Aku ingin sekali menghubunginya, tapi aku takut. Aku pikir dia sibuk dengan segala rutinitasnya dikampus. Toh, tiap kali aku mengirimkan pesan padanya, hanya dibalas dengan satu atau dua kata saja. Bahkan lebih sering hanya di read"

Afra hanya terdiam mendengar jawabanku, seakan dia juga bingung apa yang harus dilakukannya.

  🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼 🌼🌼🌼🌼🌼

Saat musim hujan seperti ini, tempat ini benar-benar indah. Hamparan bunga mawar ada dihadapanku sekarang. Aku menatapnya bersama seseorang disampingku.
"Kenapa kau tidak mengambil gambarnya? Biasanya kamu suka sekali berfoto." Tanya adit yang kemudian membangunkan lamunanku.

"Terkadang ada beberapa moment yang perlu diabadikan lewat kamera, tapi semuanya akan terekam rapi meski tanpa kamera jika menikmati sebuah tempat bersamamu."

Dia memetik setangkai mawar, memperhatikan bunga itu perlahan. Pria yang mengenakan jaket tebal itu memberikan bunga mawar kepadaku.tatapannya yang lembut membuatku tak bisa berkata apa-apa.
          

"Raina"..

Aku tergagap dan seketika bangkit dari tempat tidurku. Seorang wanita memasang tatapan tajam tepat didepanku.

"Ibu, kenapa berisik sekali?"
Aku menggosok-gosok mataku .

"Cepat cuci muka lalu sarapan. Nanti kamu terlambat ke kampus."

Dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, aku pergi ke kamar mandi.

Aku jadi memikirkan adit selama perjalanan ke kampus. Tatapan matanya dipenuhi dengan seribu tanda tanya dikepalaku. Bagaimana bisa dia hadir kembali dimimpiku. Bukan hanya sekali dua kali, bahkan ketika aku tidur siang bolong pun aku mimpi Adit. Kali ini aku benar-benar merindukan sosok Aditya.

Aku menyukaimu sekarang dan aku berjanji akan tetap menyukaimu hingga sampai nanti.
Aku tidak tahu bagaimana mencintai seseorang. Keberadaan mu mengingatkanku akan cinta yang harus diperjuangkan. Karena kamu pula, aku mulai mengerti akan arti menyerah dan bertahan. Cinta harus diciptakan dalam sebuah kehidupan.
Itu menurutku.

Aku tak peduli kamj mengabaikanku. Kamu. Selalu nyaman dalam posisi mati rasamu. Disaat yang sama, banyak orang yang terbunuh sia-sia karena rindu, sialnya ia tak pernah merindu. Bahkan tersiksa karena kenangan. 
Sejauh ini aku tak pernah merasakan kegilaan semacam ini. Rinduku memang sepihak saja, tapi aku menikmatinya. Aku selalu menikmati rindu dengan rintik hujan yang jatuh membawa kenangan. Menyesakkan memang.
Kadang, kita perlu sendiri, bersandar pada tembok kamar dan menceritakan semuanya pada kipas Angin.
"Aku harap kita bisa bertemu lagi bukan hanya lewat mimpi, Adit akan datang menemui Raina"


~Bersambung

No comments:

Post a Comment

Catatan dari Aku untuk Aku

Beberapa perasaan emang ada yang ga bisa dipaksakan. Ketika lagi sedih tapi kita sering kali berpura-pura harus terlihat ba...